Friday 28 September 2012
Monday 16 July 2012
Info Pengumuman Pendaftaran Ulang Mahasiswa Baru IAIN Ar-Raniry
Pendaftaran Ulang Mahasiswa Baru IAIN Ar-Raniry Tahun Akademik 2012/2013 dilaksanakan pada tangal 1 s.d 11 Agustus 2012 pada Bagian Akademik dan Kemahasiswaan IAIN Ar-Raniry di gedung Register office, dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Membayar SPP Sebesar Rp. 650.000,- Pada Bank Aceh Syariah (Cabang Lamnyong & Jambo Tape) dengan ...membawa /memperlihatkan kartu ujian SPMB-PTAIN, dan matrikulasi yang besarnya di tentukan pada saat pendaftaran nantinya
2. Mendaftar ke bagian Akademik dan kemahasiswaan IAIN Ar-Raniry dengan membawa persyaratan :
• Kartu Ujian SPMB-PTAIN
• Foto copy Slip SPP 2 Lembar
• Legalisir ijazah /STTB/SKHU/Surat keterangan lulus sebanyak 2 Lembar
• SKBB dari Kepala Sekolah atau Kepolisian sebanyak 2 Lembar
• Surat keterangan kesehatan dari Dokter pemerintah sebanyak 2 lembar
• Pas photo ukuran 3x4 sebanyak 4 lembar
Pendaftaran Ulang Mahasiswa Baru IAIN Ar-Raniry Tahun Akademik 2012/2013 dilaksanakan pada tangal 1 s.d 11 Agustus 2012 pada Bagian Akademik dan Kemahasiswaan IAIN Ar-Raniry di gedung Register office, dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Membayar SPP Sebesar Rp. 650.000,- Pada Bank Aceh Syariah (Cabang Lamnyong & Jambo Tape) dengan ...membawa /memperlihatkan kartu ujian SPMB-PTAIN, dan matrikulasi yang besarnya di tentukan pada saat pendaftaran nantinya
2. Mendaftar ke bagian Akademik dan kemahasiswaan IAIN Ar-Raniry dengan membawa persyaratan :
• Kartu Ujian SPMB-PTAIN
• Foto copy Slip SPP 2 Lembar
• Legalisir ijazah /STTB/SKHU/Surat keterangan lulus sebanyak 2 Lembar
• SKBB dari Kepala Sekolah atau Kepolisian sebanyak 2 Lembar
• Surat keterangan kesehatan dari Dokter pemerintah sebanyak 2 lembar
• Pas photo ukuran 3x4 sebanyak 4 lembar
Sunday 8 July 2012
1. Memberi angka
Angka
dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak
siswa yang justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga yang
dikejar hanyalah nilai ulangan atau nilai raport yang baik. Angka-angka
yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi belajar yang sangat
kuat. Yang perlu diingat oleh guru, bahwa pencapaian angka-angka
tersebut belum merupakan hasil belajar yang sejati dan bermakna.
Harapannya angka-angka tersebut dikaitkan dengan nilai afeksinya bukan
sekedar kognitifnya saja.
2. Hadiah
Hadiah dapat menjadi motivasi belajar
yang kuat, dimana siswa tertarik pada bidang tertentu yang akan
diberikan hadiah. Tidak demikian jika hadiah diberikan untuk suatu
pekerjaan yang tidak menarik menurut siswa.
3. Kompetisi
Persaingan,
baik yang individu atau kelompok, dapat menjadi sarana untuk
meningkatkan motivasi belajar. Karena terkadang jika ada saingan, siswa
akan menjadi lebih bersemangat dalam mencapai hasil yang terbaik.
4. Ego-involvement
Menumbuhkan
kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya
sebagai tantangan sehingga bekerja keras adalah sebagai salah satu
bentuk motivasi yang cukup penting. Bentuk kerja keras siswa dapat
terlibat secara kognitif yaitu dengan mencari cara untuk dapat meningkatkan motivasi belajar.
5. Memberi Ulangan
Para
siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan diadakan ulangan. Tetapi
ulangan jangan terlalu sering dilakukan karena akan membosankan dan akan
jadi rutinitas belaka.
6. Mengetahui Hasil
Mengetahui
hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi belajar anak. Dengan
mengetahui hasil belajarnya, siswa akan terdorong untuk belajar lebih
giat. Apalagi jika hasil belajar itu mengalami kemajuan, siswa pasti
akan berusaha mempertahankannya atau bahkan termotivasi untuk dapat
meningkatkannya.
7. Pujian
Apabila ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka perlu diberikan pujian. Pujian adalah bentuk reinforcement
yang positif dan memberikan motivasi yang baik bagi siswa. Pemberiannya
juga harus pada waktu yang tepat, sehingga akan memupuk suasana yang
menyenangkan dan mempertinggi motivasi belajar serta sekaligus akan
membangkitkan harga diri.
8. Hukuman
Hukuman adalah bentuk reinforcement yang negatif, tetapi jika diberikan secara tepat dan bijaksana, bisa menjadi alat motivasi belajar anak. Oleh karena itu, guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman tersebut.
Hal senada juga diungkapkan oleh Fathurrohman dan Sutikno (2007: 20) motivasi belajar siswa dapat ditumbuhkan melalui beberapa cara yaitu:
a) Menjelaskan tujuan kepada peserta didik.
Pada permulaan belajar mengajar
seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan
Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas
tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
b) Hadiah.
Hadiah
akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Berikan
hadiah untuk siswa yang berprestasi. Di samping itu, siswa yang belum
berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
c) Saingan/kompetisi.
Guru
berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan
prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah
dicapai sebelumnya.
d) Pujian.
Siswa
yang berprestasi sudah sewajarnya untuk diberikan penghargaan atau
pujian. Pujian yang diberikan bersifat membangun. Dengan pujian siswa
akan lebih termotivasi untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik lagi.
e) Hukuman.
Cara meningkatkan motivasi belajar
dengan memberikan hukuman. Hukuman akan diberikan kepada siswa yang
berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan
dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu
motivasi belajarnya. Bentuk hukuman yang diberikan kepada siswa adalah
hukuman yang bersifat mendidik seperti mencari artikel, mengarang dan
lain sebagainya.
f) Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar.
Strateginya
adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik. Selain
itu, guru juga dapat membuat siswa tertarik dengan materi yang
disampaikan dengan cara menggunakan metode yang menarik dan mudah dimengerti siswa.
g) Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
Kebiasaan belajar yang baik dapat dibentuk dengan cara adanya jadwal belajar.
h) Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual maupun kelompok.
Membantu kesulitan peserta
didik dengan cara memperhatikan proses dan hasil belajarnya. Dalam
proses belajar terdapat beberap unsur antara lain yaitu penggunaan
metode untuk mennyampaikan materi kepada para siswa. Metode yang menarik
yaitu dengan gambar dan tulisan warna-warni akan menarik siswa untuk
mencatat dan mempelajari materi yang telah disampaikan..
i) Menggunakan metode yang bervariasi.
Meningkatkan motivasi belajar dengan menggunakan metode pembelajaran yang variasi. Metode
yang bervariasi akan sangat membantu dalam proses belajar dan mengajar.
Dengan adanya metode yang baru akan mempermudah guru untuk menyampaikan
materi pada siswa.
j) Menggunakan media pembelajaran yang baik, serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Berikut merupakan beberapa tips yang bisa anda gunakan untuk meningkatkan motivasi belajar anda, semoga berhasil!!
Referensi : http://belajarpsikologi.com/cara-meningkatkan-motivasi-belajar-anak/
Tuesday 22 May 2012
Assalamualaikum ..
Segala puji Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dah Hidayahnya kepada kita semua..
Seiring dengan berjalan nya waktu maka sudah saatnya di penghujung waktu HMJ periode 2011-2012,
maka dengan Ini HMJ dalam waktu dekat akan melakukan Pemilihan Raya (PEMIRA). Untuk HMJ periode 2012-2013 yang akan mendatang.
diharapkan kepada seluruh elemen untuk dapat berpartisipasi hingga terselenggaranya acara tersebut.
sekian terima kasih.
Segala puji Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dah Hidayahnya kepada kita semua..
Seiring dengan berjalan nya waktu maka sudah saatnya di penghujung waktu HMJ periode 2011-2012,
maka dengan Ini HMJ dalam waktu dekat akan melakukan Pemilihan Raya (PEMIRA). Untuk HMJ periode 2012-2013 yang akan mendatang.
diharapkan kepada seluruh elemen untuk dapat berpartisipasi hingga terselenggaranya acara tersebut.
sekian terima kasih.
Saturday 19 May 2012
Tahapan Proses Layanan Konseling Perorangan
Dari
beberapa jenis layanan Bimbingan dan Konseling yang diberikan kepada
peserta didik, tampaknya untuk layanan konseling perorangan perlu
mendapat perhatian lebih. Karena layanan yang satu ini boleh dikatakan
merupakan ciri khas dari layanan bimbingan dan konseling, yang
membutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus
Dalam prakteknya, memang strategi
layanan bimbingan dan konseling harus terlebih dahulu mengedepankan
layanan – layanan yang bersifat pencegahan dan pengembangan, namun tetap
saja layanan yang bersifat pengentasan pun masih diperlukan. Oleh
karena itu, guru maupun konselor seyogyanya dapat menguasai proses dan
berbagai teknik konseling, sehingga bantuan yang diberikan kepada
peserta didik dalam rangka pengentasan masalahnya dapat berjalan secara
efektif dan efisien.
Secara umum, proses konseling terdiri
dari tiga tahapan yaitu: (1) tahap awal (tahap mendefinisikan masalah);
(2) tahap inti (tahap kerja); dan (3) tahap akhir (tahap perubahan dan
tindakan).
A. Tahap Awal
Tahap ini terjadi dimulai sejak klien
menemui konselor hingga berjalan sampai konselor dan klien menemukan
masalah klien. Pada tahap ini beberapa hal yang perlu dilakukan,
diantaranya :
- Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien (rapport). Kunci keberhasilan membangun hubungan terletak pada terpenuhinya asas-asas bimbingan dan konseling, terutama asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan; dan kegiatan.
- Memperjelas dan mendefinisikan masalah. Jika hubungan konseling sudah terjalin dengan baik dan klien telah melibatkan diri, maka konselor harus dapat membantu memperjelas masalah klien.
- Membuat penaksiran dan perjajagan. Konselor berusaha menjajagi atau menaksir kemungkinan masalah dan merancang bantuan yang mungkin dilakukan, yaitu dengan membangkitkan semua potensi klien, dan menentukan berbagai alternatif yang sesuai bagi antisipasi masalah.
- Menegosiasikan kontrak. Membangun perjanjian antara konselor dengan klien, berisi: (1) Kontrak waktu, yaitu berapa lama waktu pertemuan yang diinginkan oleh klien dan konselor tidak berkebaratan; (2) Kontrak tugas, yaitu berbagi tugas antara konselor dan klien; dan (3) Kontrak kerjasama dalam proses konseling, yaitu terbinanya peran dan tanggung jawab bersama antara konselor dan konseling dalam seluruh rangkaian kegiatan konseling.
B. Inti (Tahap Kerja)
Setelah tahap Awal dilaksanakan dengan baik, proses konseling selanjutnya adalah memasuki tahap inti atau tahap kerja.
Pada tahap ini terdapat beberapa hal yang harus dilakukan, diantaranya :
- Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah klien lebih dalam. Penjelajahan masalah dimaksudkan agar klien mempunyai perspektif dan alternatif baru terhadap masalah yang sedang dialaminya.
- Konselor melakukan reassessment (penilaian kembali), bersama-sama klien meninjau kembali permasalahan yang dihadapi klien.
- Menjaga agar hubungan konseling tetap terpelihara.
Hal ini bisa terjadi jika :
- Klien merasa senang terlibat dalam pembicaraan atau waancara konseling, serta menampakkan kebutuhan untuk mengembangkan diri dan memecahkan masalah yang dihadapinya.
- Konselor berupaya kreatif mengembangkan teknik-teknik konseling yang bervariasi dan dapat menunjukkan pribadi yang jujur, ikhlas dan benar – benar peduli terhadap klien.
- Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak. Kesepakatan yang telah dibangun pada saat kontrak tetap dijaga, baik oleh pihak konselor maupun klien.
C. Akhir (Tahap Tindakan)
Pada tahap akhir ini terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu :
- Konselor bersama klien membuat kesimpulan mengenai hasil proses konseling.
- Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan kesepakatan yang telah terbangun dari proses konseling sebelumnya.
- Mengevaluasi jalannya proses dan hasil konseling (penilaian segera).
- Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya
Referensi :
Tuesday 15 May 2012
(Oleh : Irman Siswanto)
Ada 3 Dasar Tri Darma Perguruan Tinggi yakni, Pembelajaran, Penelitian, dan Pengabdian.
Mengingat semua mahasiswa nantinya juga akan kembali menjadi masyarakat, Institut Agama Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh (15-0512) Kembali Memberangkatkan Mahasiswa yang ingin melaksanakan Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) Melalui Jalur Mandiri yang tersebar diberbagai Wilayah yang ada di Aceh Jaya, Sebelumnya Mahasiswa yang mengambil KPM PAR yang sekarang tersebar di bagian Tengah aceh. Selanjutnya pada tanggal 16 Mei 2012 Pihak Panitia juga akan memberangkatkan Mahasiswa KPM yang akan di tempatkan di daerah Pidie,dan Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) adalah salah satu Persyaratan Wajib Bagi Mahasiswa IAIN Ar-Raniry dan termasuk dalam Sistem Kredit Semester yang berbobot 4.
Sekitar pukul 08.00 Wib Dari jauh terlihat Mobil Minibus dan Ratusan Mahasiswa yang sedang menunggu detik-detik keberangkatan kelokasi-lokasi yang telah ditentukan.
Monday 7 May 2012
SEMINAR KONSELING
Tema: “Profesionalisasi
dan Kompetensi Guru Bimbingan Konseling
Menurut PERMENDIKNAS Nomor 27, Tahun 2008 Tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Konselor”
Himpunan Mahasiswa jurusan Kependidikan Islam Prody Bimbingan
dan Konseling IAIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh mengadakan Seminar Bimbingan
dan Konseling Yang bertema “ Profesionalisasi Guru Bimbingan dan Konseling
Menurut Permendiknas No. 27 Tahun 2008, Tentang Standar Kualifikasi akademik
Konselor (SKKAK).
Kegiatan ini dilaksanakan
hari ini Sabtu, 05 Mei 2012 di Aula Lantai 3 Pasca Sarjana IAIN Ar-Raniry pada
pukul 08.30 wib s.d 13.00 wib,
Dalam acara ini menghadirkan Pemateri Diantaranya Dr. M. Jamil Yusuf,
M.Pd (Dosen Senior Fakultas Dakwah IAIN Ar-Raniry), Hetty Zuliani, M.Pd (Wakil Ketua ABKIN (Asosiasi Bimbingan Konseling ) Aceh, Kurniawan,
M.Pd, Kons ( Praktisi Bimbingan Konseling Di Sekolah) .
Thursday 3 May 2012
Assalamualaikum wr...wb...
Dengan Tidak mengurangi Rasa Hormat, Kami HMJ TKI/BK IAIN Ar-Raniry, Mengundang Seluruh ALUMNI BK Pada Acara seminar Pendidikan Bimbingan Konseling yang Insyaallah akan diselenggarakan pada
Hari Sabtu, 05 Mei 2012
Tempat : Aula Pasca Sarjana IAIN Ar-Raniry Drussalam Banda Aceh,
Jam : 08.30 s/d Selesai.
yang akan menghadiri pemateri-pemateri yang Professional dibidangnya.........
1. Drs.Abu Bakar, MSi ( Ketua ABKIN Aceh )
2. Dr.M. Jamil Yusuf ,M.Pd. ( Dosen Senior Dakwah IAIN Ar-Raniry )
3. Kurniawan, S.Pd, M.Pd, Kons ( Praktisi Bimbingan dan Konseling di Sekolah)
Maka dari itu kami mengajak Kakanda2 dan Kakak kami Tercinta untuk berpartisipasi dan Memberikan Moril Maupun METERIL di acara tersebut.
dengan mendaftarkan diri ke sekret HMJ TKI/BK Lt. 2 kampus Unida Surien.
atau dengan Cara Ketik Nama(spasi)alamat(spasi)Pekerj aan/Universitas bagi yang masih Kuliah. Kirim ke Nomor yang tertera dibawah.
Mohon Infaq hanya
Untuk Guru Rp. 50.000,
Umum/Mahsiswa Rp. 15.000
Mahasiswa TKI/BK Sendiri Rp. 10.000
Fasilitas:
- Makan siang
- Snack
- Sertifikat.
CP: 0852 7017 0964 ( Irman - Ketua HMJ )
CP: 0852 6055 3312 ( Safrijal - Ketua Panitia )
Pendaftaran berakkhir hari Jum`at, 04 Mai 2012
MOHON BANTUAN SUMBANGAN SEIKHLASNYA.
KAMI SANGAT BERHARAP KAKANDA2 DAN KAKAK2 BISA HADIR, mohon Maaf bila undangannya tidak bisa kami kirim per orang dikarenakan kondisi.
Was...
Dengan Tidak mengurangi Rasa Hormat, Kami HMJ TKI/BK IAIN Ar-Raniry, Mengundang Seluruh ALUMNI BK Pada Acara seminar Pendidikan Bimbingan Konseling yang Insyaallah akan diselenggarakan pada
Hari Sabtu, 05 Mei 2012
Tempat : Aula Pasca Sarjana IAIN Ar-Raniry Drussalam Banda Aceh,
Jam : 08.30 s/d Selesai.
yang akan menghadiri pemateri-pemateri yang Professional dibidangnya.........
1. Drs.Abu Bakar, MSi ( Ketua ABKIN Aceh )
2. Dr.M. Jamil Yusuf ,M.Pd. ( Dosen Senior Dakwah IAIN Ar-Raniry )
3. Kurniawan, S.Pd, M.Pd, Kons ( Praktisi Bimbingan dan Konseling di Sekolah)
Maka dari itu kami mengajak Kakanda2 dan Kakak kami Tercinta untuk berpartisipasi dan Memberikan Moril Maupun METERIL di acara tersebut.
dengan mendaftarkan diri ke sekret HMJ TKI/BK Lt. 2 kampus Unida Surien.
atau dengan Cara Ketik Nama(spasi)alamat(spasi)Pekerj
Mohon Infaq hanya
Untuk Guru Rp. 50.000,
Umum/Mahsiswa Rp. 15.000
Mahasiswa TKI/BK Sendiri Rp. 10.000
Fasilitas:
- Makan siang
- Snack
- Sertifikat.
CP: 0852 7017 0964 ( Irman - Ketua HMJ )
CP: 0852 6055 3312 ( Safrijal - Ketua Panitia )
Pendaftaran berakkhir hari Jum`at, 04 Mai 2012
MOHON BANTUAN SUMBANGAN SEIKHLASNYA.
KAMI SANGAT BERHARAP KAKANDA2 DAN KAKAK2 BISA HADIR, mohon Maaf bila undangannya tidak bisa kami kirim per orang dikarenakan kondisi.
Was...
Tuesday 10 April 2012
Wednesday 15 February 2012
Redefenisi Gerakan Mahasiswa
Oleh: Aiyub Bustamam
TAHUN 1998, sekitar 14 tahun silam, menjadi tonggak kelahiran gerakan-gerakan besar mahasiswa di seluruh Indonesia, dengan isu reformasi menjadi kompas arah perjuangan. Isu-isu sentral, seperti penurunan presiden Soeharto yang digulirkan oleh mahasiswa di Jakarta, turut memberikan rangsangan daya kritis kepada seluruh mahasiswa di Nusantara, termasuk Aceh.
Di Aceh, misalnya, kesadaran akan penindasan dan ketidakadilan yang telah dilakukan oleh pemerintahan Orde Baru di bawah pimpinan presiden Soeharto, menjadi titik awal perjalanan gerakan moral mahasiswa. Gerakan ini kemudian berlanjut ke fase-fase berikutnya yang lebih berorientasi kepada kepentingan masyarakat Aceh secara lokal.
Gerakan moral mahasiswa Aceh pada awalnya bermula dari diskusi-diskusi kecil di kampus sebagai proses penyadaran bagi masyarakat kampus, terutama di Darussalam (IAIN dan Unsyiah). Untuk menggugah daya kritis mahasiswa, para tokoh mahasiswa saat itu juga menggelar mimbar bebas secara intensif, sebagai wujud perlawanan terhadap pemerintahan Orde Baru, seperti tuntutan pencabutan status Daerah Operasi Militer (DOM) --yang akhirnya dicabuta pada 7 Agustus 1998.
Pasca-DOM, konflik Aceh bukannya mereda, tapi semakin memanas dan membuat masyarakat hidup dalam tekanan yang bertubi-tubi, mulai dari fenomena korban jiwa dari kalangan sipil yang terus berjatuhan, pengungsi, kontak senjata, orang hilang, hingga fenomena pembakaran bangunan pemerintah dan fasilitas publik yang hampir tak terhitung jumlahnya. Semua itu telah membuat roda kehidupan masyarakat Aceh waktu itu menjadi timpang.
Di sini, peran mahasiswa juga tidak sedikit. Kedekatan mahasiswa dengan rakyat hingga ke lapisan paling bawah, turut memberikan spirit tersendiri dalam memperjuangkan gencatan senjata antara kelompok yang bertikai kala itu. Tak berlebihan kalau dikatakan bahwa ini satu bentuk kepekaan sosial mahasiswa sebagai generasi muda Aceh terhadap realitas sosial di sekelilingnya.
Wacana referendum
Ketika beragam aksi massa yang dilakukan tidak bisa menggugah perhatian pemerintah baik pusat maupun daerah saat itu, maka para mahasiswa bersama komponen masyarakat Aceh lainnya pun menggagas aksi besar-besaran dengan menggulirkan isu referendum yang membuat mata dunia ikut terbeliak. Wacana ini mendapatkan respons yang luar biasa dari masyarakat Aceh hingga ke pelosok desa terpencil.
Perwujudan dari wacana tersebut adalah pelaksanaan Sidang Umum Masyarakat Pejuang Referendum Aceh (SU-MPR Aceh) di Mesjid Raya Baiturrahman pada 8 November 1999 yang dihadiri oleh hampir 2 juta rakyat Aceh. Akhirnya semua pihak mulai serius dalam menyelesaikan persoalan Aceh, karena pandangan dunia internasional sudah tertuju ke bumi Serambi Mekkah ini.
Setelah MoU Helsinki ditandatangani pada 15 Agustus 2005, segala bentuk konflik bersenjata di Aceh dihentikan. Perdamaian menjadi bahasa sehari-hari masyarakat dalam memandang Aceh hari ini. Aceh berhasil menjadi faktor pembeda dari daerah-daerah lain di Indonesia dalam realitas politik lokal, mulai dari calon independen hingga lahirnya partai politik lokal.
Lalu, di mana peran mahasiswa dalam era ini? Terlepas dari segala keberhasilan Aceh dalam menjalankan sistem politik baru dan menjadi contoh bagi daerah lain, faktanya masih begitu banyak persoalan-persoalan mendasar yang masih memerlukan perhatian dan peran serta mahasiswa dalam mewujudkan kondisi sosial masyarakat yang lebih bermartabat dan berkeadilan.
Pascaperdamaian, semua permasalahan Aceh menjadi berbeda dibandingkan dengan era konflik dan membutuhkan cara penyelesaian yang berbeda pula, sehingga konsep gerakan moral mahasiswa juga menjadi penting untuk didefenisikan kembali supaya bisa seiring dan sejalan dengan kebutuhan problematika sosial kekinian, ditambah lagi, kultur dunia kemahasiswaan dulu dengan sekarang mengalami pergeseran nilai yang cukup signifikan.
Imbas globalisasi
Hal tersebut tidak terlepas dari kondisi Aceh yang semakin terbuka, sehingga imbas globalisasi menjadi semakin mudah dan cepat berdampak pada cara pandang mahasiswa saat ini. Sebab, pada dasarnya kita tidak bisa memberikan justifikasi secara sepihak, mengapa mahasiswa sekarang secara umum menjadi sangat apatis terhadap lingkungan sekitarnya.
Tentunya, masih ada beragam pula faktor eksternal yang turut memberikan implikasi pada budaya dan nilai-nilai yang hidup di kampus hari ini. Mulai dari identitas yang semakin mengabur, penetrasi budaya luar yang tidak diimbangi filtrasi memadai, sampai pada perkembangan teknologi informasi yang menciptakan kelalaian kolektif karena sering tidak ditempatkan pada fungsi yang obyektif.
Walaupun ada gerakan kecil-kecilan yang pernah dilakukan mahasiswa sekarang, hal itu kebanyakan tidak terlepas dari kepentingan segelintir elite politik yang memiliki ‘kaki-tangan’ di kampus. Demo mahasiswa saat ini tidak lain adalah “alat pengeras suara” partai politik atau elite tertentu untuk menyerukan politik nya.
Karena itu pula kemudian, tak heran jika semua gagasan segar dan konstruktif serta sejalan dengan kepentingan publik yang menjadi ciri khas mahasiswa dulu, jarang kita temukan hari ini. Gagasan yang diperjuangkan sekarang hanyalah “titipan” semata. Akhirnya mahasiswa pun mengalami kegamangan secara kolektif dalam memainkan peran dan fungsinya dalam struktur sosial.
Mengaca pada realitas dunia mahasiswa saat ini, maka perlu kiranya dihidupkan kembali forum-forum diskusi yang menjadi tradisi intelektual untuk mencerdaskan dan menumbuhkan kepekaan sosial. Mahasiswa harus mampu mendefinisikan kembali perannya dalam struktur sosial masyarakat Aceh, sehingga format gerakan moral mahasiswa bisa menemukan bentuknya sesuai dengan konteks kekinian.
Perlu konsepsi ulang
Kalau dulu lebih menekankan pada aksi masif politis karena kondisi saat itu memang meniscayakan jalan itu, maka untuk saat ini perlu konsepsi ulang yang tentunya memiliki tingkat efektifitas yang sesuai dengan zamannya, karena gerakan moral bukanlah semata-mata perjuangan massa saja, tapi juga segala bentuk konstruk sosial lainnya yang patut diperhatikan secara seksama.
Redefenisi gerakan moral mahasiswa aceh menjadi wacana yang harus terus digulirkan di kalangan insan kampus supaya mahasiswa sekarang bisa memahami realitas sosial aceh saat ini dan bisa menemukan dimana posisinya dalam struktur sosial, serta tidak gamang dalam memainkan perannya. Hal ini butuh perhatian terutama para tokoh mahasiswa yang memiliki pengaruh dalam kelompoknya masing-masing untuk menyatukan persepsi dan menggalang solidaritas bersama dengan menghidupkan tradisi intelektual demi menggagas masa depan bangsa yang lebih baik dan bermartabat.
* Penulis adalah Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Banda Aceh.
TAHUN 1998, sekitar 14 tahun silam, menjadi tonggak kelahiran gerakan-gerakan besar mahasiswa di seluruh Indonesia, dengan isu reformasi menjadi kompas arah perjuangan. Isu-isu sentral, seperti penurunan presiden Soeharto yang digulirkan oleh mahasiswa di Jakarta, turut memberikan rangsangan daya kritis kepada seluruh mahasiswa di Nusantara, termasuk Aceh.
Di Aceh, misalnya, kesadaran akan penindasan dan ketidakadilan yang telah dilakukan oleh pemerintahan Orde Baru di bawah pimpinan presiden Soeharto, menjadi titik awal perjalanan gerakan moral mahasiswa. Gerakan ini kemudian berlanjut ke fase-fase berikutnya yang lebih berorientasi kepada kepentingan masyarakat Aceh secara lokal.
Gerakan moral mahasiswa Aceh pada awalnya bermula dari diskusi-diskusi kecil di kampus sebagai proses penyadaran bagi masyarakat kampus, terutama di Darussalam (IAIN dan Unsyiah). Untuk menggugah daya kritis mahasiswa, para tokoh mahasiswa saat itu juga menggelar mimbar bebas secara intensif, sebagai wujud perlawanan terhadap pemerintahan Orde Baru, seperti tuntutan pencabutan status Daerah Operasi Militer (DOM) --yang akhirnya dicabuta pada 7 Agustus 1998.
Pasca-DOM, konflik Aceh bukannya mereda, tapi semakin memanas dan membuat masyarakat hidup dalam tekanan yang bertubi-tubi, mulai dari fenomena korban jiwa dari kalangan sipil yang terus berjatuhan, pengungsi, kontak senjata, orang hilang, hingga fenomena pembakaran bangunan pemerintah dan fasilitas publik yang hampir tak terhitung jumlahnya. Semua itu telah membuat roda kehidupan masyarakat Aceh waktu itu menjadi timpang.
Di sini, peran mahasiswa juga tidak sedikit. Kedekatan mahasiswa dengan rakyat hingga ke lapisan paling bawah, turut memberikan spirit tersendiri dalam memperjuangkan gencatan senjata antara kelompok yang bertikai kala itu. Tak berlebihan kalau dikatakan bahwa ini satu bentuk kepekaan sosial mahasiswa sebagai generasi muda Aceh terhadap realitas sosial di sekelilingnya.
Wacana referendum
Ketika beragam aksi massa yang dilakukan tidak bisa menggugah perhatian pemerintah baik pusat maupun daerah saat itu, maka para mahasiswa bersama komponen masyarakat Aceh lainnya pun menggagas aksi besar-besaran dengan menggulirkan isu referendum yang membuat mata dunia ikut terbeliak. Wacana ini mendapatkan respons yang luar biasa dari masyarakat Aceh hingga ke pelosok desa terpencil.
Perwujudan dari wacana tersebut adalah pelaksanaan Sidang Umum Masyarakat Pejuang Referendum Aceh (SU-MPR Aceh) di Mesjid Raya Baiturrahman pada 8 November 1999 yang dihadiri oleh hampir 2 juta rakyat Aceh. Akhirnya semua pihak mulai serius dalam menyelesaikan persoalan Aceh, karena pandangan dunia internasional sudah tertuju ke bumi Serambi Mekkah ini.
Setelah MoU Helsinki ditandatangani pada 15 Agustus 2005, segala bentuk konflik bersenjata di Aceh dihentikan. Perdamaian menjadi bahasa sehari-hari masyarakat dalam memandang Aceh hari ini. Aceh berhasil menjadi faktor pembeda dari daerah-daerah lain di Indonesia dalam realitas politik lokal, mulai dari calon independen hingga lahirnya partai politik lokal.
Lalu, di mana peran mahasiswa dalam era ini? Terlepas dari segala keberhasilan Aceh dalam menjalankan sistem politik baru dan menjadi contoh bagi daerah lain, faktanya masih begitu banyak persoalan-persoalan mendasar yang masih memerlukan perhatian dan peran serta mahasiswa dalam mewujudkan kondisi sosial masyarakat yang lebih bermartabat dan berkeadilan.
Pascaperdamaian, semua permasalahan Aceh menjadi berbeda dibandingkan dengan era konflik dan membutuhkan cara penyelesaian yang berbeda pula, sehingga konsep gerakan moral mahasiswa juga menjadi penting untuk didefenisikan kembali supaya bisa seiring dan sejalan dengan kebutuhan problematika sosial kekinian, ditambah lagi, kultur dunia kemahasiswaan dulu dengan sekarang mengalami pergeseran nilai yang cukup signifikan.
Imbas globalisasi
Hal tersebut tidak terlepas dari kondisi Aceh yang semakin terbuka, sehingga imbas globalisasi menjadi semakin mudah dan cepat berdampak pada cara pandang mahasiswa saat ini. Sebab, pada dasarnya kita tidak bisa memberikan justifikasi secara sepihak, mengapa mahasiswa sekarang secara umum menjadi sangat apatis terhadap lingkungan sekitarnya.
Tentunya, masih ada beragam pula faktor eksternal yang turut memberikan implikasi pada budaya dan nilai-nilai yang hidup di kampus hari ini. Mulai dari identitas yang semakin mengabur, penetrasi budaya luar yang tidak diimbangi filtrasi memadai, sampai pada perkembangan teknologi informasi yang menciptakan kelalaian kolektif karena sering tidak ditempatkan pada fungsi yang obyektif.
Walaupun ada gerakan kecil-kecilan yang pernah dilakukan mahasiswa sekarang, hal itu kebanyakan tidak terlepas dari kepentingan segelintir elite politik yang memiliki ‘kaki-tangan’ di kampus. Demo mahasiswa saat ini tidak lain adalah “alat pengeras suara” partai politik atau elite tertentu untuk menyerukan politik nya.
Karena itu pula kemudian, tak heran jika semua gagasan segar dan konstruktif serta sejalan dengan kepentingan publik yang menjadi ciri khas mahasiswa dulu, jarang kita temukan hari ini. Gagasan yang diperjuangkan sekarang hanyalah “titipan” semata. Akhirnya mahasiswa pun mengalami kegamangan secara kolektif dalam memainkan peran dan fungsinya dalam struktur sosial.
Mengaca pada realitas dunia mahasiswa saat ini, maka perlu kiranya dihidupkan kembali forum-forum diskusi yang menjadi tradisi intelektual untuk mencerdaskan dan menumbuhkan kepekaan sosial. Mahasiswa harus mampu mendefinisikan kembali perannya dalam struktur sosial masyarakat Aceh, sehingga format gerakan moral mahasiswa bisa menemukan bentuknya sesuai dengan konteks kekinian.
Perlu konsepsi ulang
Kalau dulu lebih menekankan pada aksi masif politis karena kondisi saat itu memang meniscayakan jalan itu, maka untuk saat ini perlu konsepsi ulang yang tentunya memiliki tingkat efektifitas yang sesuai dengan zamannya, karena gerakan moral bukanlah semata-mata perjuangan massa saja, tapi juga segala bentuk konstruk sosial lainnya yang patut diperhatikan secara seksama.
Redefenisi gerakan moral mahasiswa aceh menjadi wacana yang harus terus digulirkan di kalangan insan kampus supaya mahasiswa sekarang bisa memahami realitas sosial aceh saat ini dan bisa menemukan dimana posisinya dalam struktur sosial, serta tidak gamang dalam memainkan perannya. Hal ini butuh perhatian terutama para tokoh mahasiswa yang memiliki pengaruh dalam kelompoknya masing-masing untuk menyatukan persepsi dan menggalang solidaritas bersama dengan menghidupkan tradisi intelektual demi menggagas masa depan bangsa yang lebih baik dan bermartabat.
* Penulis adalah Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Banda Aceh.
Referensi SErambi Indonesia
Monday 13 February 2012
KOP SURAT
Nomor : Istimewa
Lampiran : -
Hal : Kunjungan Rumah
Kepada Yth.
Bapak Muchtar orang tua dari Irman kelas X.1
di
Tempat
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Yang bertanda tanga dibawah ini Kepala sekolah SMA NEGERI 1 Panga memberitahukan bahwa
terkait dengan permasalahan siswa disekolah maka kami akan mengadakan Kunjungan Rumah yang akan diselenggarakan pada :
Hari, tanggal : , Jum'at, 10
Februari 2012
Waktu : 09.00 sampai dengan selesai
Tempat : Desa Kuala Tuha
Keperluan : Mencari & menggali informasi
Demikian, atas perhatiaan dan kerjasamanya kami ucapkan terima
kasih
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Panga,
Kepala Sekolah
………………..
NIP.
LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH
Nomor : 007/BK./X/2012
A. Identitas
1. Klien
Nama Siswa :
Kelas :
Agama : Islam
Alamat :
2. Orang Tua
· Nama
Ayah :
· Pekerjaan :
· Alamat :
· Ibu :
· Pekerjaan :
· Alamat :
B.
Tujuan Home Visit : Mencari dan menggali
informasi yang berhubungan
dengan masalah klien
C.
Hasil Wawancara :
·
D.
Kesimpulan :
1.
E.
Catatan :
Kasus terentaskan
pelaporan telah diadministrasikan
Panga,
Mengetahui
Kepala
Sekolah Guru
Pembimbing
.............................. Rahmat
Muzakir, S.Pd.I
NIP. 19551229 198503 1
005 NIP.
19830324 201103 1
Subscribe to:
Posts (Atom)